Materi yang dismpaikan hari ini mengambil tema Ciri-ciri orang tua yang durhaka pada anaknya. Mungkin anda sering mendengar berita tentang berbagai kasus kejahatan yang dilakukan orang tua kandung terhadap anak telah berulang kali terjadi, seperti penyiksaan, penganiayaan, pelecehan seksual, memperdagangkan anak hingga pembunuhan. Fakta ini menunjukkan bahwa bukan anak saja yang bisa berbuat durhaka kepada orang tua, tetapi orang tua pun bisa berbuat durhaka terhadap anak.
1. Tidak mendidik kebaikan pada anak-anaknya
Dalam surat At-Tahrim ayat 6 Allah swt berfirman :
“.........Wahai orang-orang mukmin, jagalah diri kalian dan keluarga kalian dari azab api neraka......”
Sesuai ayat diatas, maka orang tua berkewajiban memberi pendidikan Islam dan menegakkan ajaran Islam terhadap anak-anaknya, seperti kewajiban sholat, membaca Al-Quran, mengajarkan akhlak dan perilaku yang baik, dan sebagainya. Semua bentuk pendidikan dan pengajaran yang dapat memelihara keluarganya dari melakukan hal-hal yang dapat menggiring mereka pada azab neraka.
Selain itu, orang tua juga berkewajiban memenuhi hak anak-anaknya, seperti hak mendapatkan kasih sayang, perlindungan, nafkah yang layak, sandang, pangan, nama yang baik, juga jaminan pendidikan dan kesehatan.
2. Tidak berlaku adil kepada anak-anaknya
Islam adalah agama yang adil. Di satu sisi, Islam menyuruh anak untuk berbuat baik kepada orang tua dan menggolongkan kedurhakaan anak pada orang tua sebagai dosa besar. Namun di sisi lain, Islam juga mewajibkan orang tua untuk memenuhi hak anak dan kewajiban mereka terhadap anak. Karena setiap orang akan diminta pertanggungjawabannya di akhirat kelak atas amanah yang dipercayakan kepadanya. Dan amanah terbesar bagi setiap orang tua, adalah sang anak.
Diceritakan dalam sebuah hadis, tentang seorang anak yang kedua orang tuanya digiring menuju syurga, sedangkan si anak digiring menuju neraka. Namun si anak mengajukan protes pada malaikat, dia mengatakan bahwa orang tuanya tidak pernah mengajarkannya hal-hal yang layak mengantarkannya ke syurga. Atas protes sang anak, kedua orang tuanya pun menjadi tertunda langkahnya menuju syurga.
3. Mendoakan keburukan kepada anaknya
Kedua orang tua seyogyanya memaafkan dan menyadari kekurangan anak-anak ketika masih kecil dan bersabar atas apa yang mereka terima berupa perkataan atau gangguan. Karena anak-anak belum sempurna akalnya, sehingga mereka melakukan kesalahan dalam ucapan dan perbuatan. Jika orang tua santun, maka ia memaafkan hal itu, dan mendidik anak dengan lemah lembut kepadanya dan menasihatinya sehingga lebih bisa menerimanya dan beretika dengannya.
Tetapi sebagian orang tua melakukan kesalahan yang lebih besar, yaitu mendoakan keburukan pada anak-anaknya dengan kematian, tertimpa sakit dan musibah hal ini sering terjadi pada sat orang tua memarahi anaknya. Ia terus mendoakan demikian dan semakin banyak. Setelah kemarahannya mereda, ia menyesal dan merasa bersalah, serta mengakui bahwa ia tidak ingin doa-doanya menjadi kenyataan. Ia tidak menginginkannya, karena orang tua ditakdirkan untuk bersikap lemah lembut dan mencintai anaknya. Yang membawanya untuk berdoa demikian hanyalah kemarahannya yang meluap. Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala mengampuninya, Dia berfirman,
“Dan kalau sekiranya Allah menyegerakan kejahatan bagi manusia seperti permintaan mereka untuk menyegerakan kebaikan, pastilah diakhiri umur mereka.” (Yunus : 11)
Kewajiban kedua orang tua ialah bersabar, tabah dan menghukum dengan pukulan yang menjerakan. Sebab anak lebih terkesan dengan pukulan daripada didikan dan pengajaran. Adapun mendoakan keburukan terhadapnya maka tidak bermanfaat baginya, dan ia tidak tahu apa yang dikatakan tentangnya. Lalu apa yang diucapkan orang tua tersebut dicatat, dan anak tidak meraih manfaat apa pun.
Maka dari itu, setiap orang tua hendaknya berhati-hati tatkala mengucapkan kata-kata dan doa kepada anak-anaknya. Upayakan hanya kata-kata dan doa kebaikanlah yang diucapkan kepada anak-anaknya. Jangan sampai terucap kata-kata atau doa yang jelek atau bahkan mengumpat dan melaknat, karena dikhawatirkan hal itu akan dikabulkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Apalagi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang kita untuk mendoakan kejelekan kepada anak-anak kita.
4. Tidak menerima kondisi anak dengan apa adanya
Tidak ada orangtua yang tidak mau anaknya berprestasi. Karena prestasi itu menjadi sebuah kebanggaan. Sayangnya, tidak semua anak memiliki kemampuan dan kekuatan yang sama. Terlebih bila kita memiliki anak-anak dengan kebutuhan khusus yang memiliki kesulitan pada satu atau beberapa bidang.
Menerima apa adanya sang anak sesungguhnya merupakan kata kuncinya. Sebab, setiap anak dilahirkan dengan keunikan berbeda. Jika anak mengalami kesulitan dalam belajar, lihat dia secara menyeluruh. Pasti ada talent di bidang lain seperti seni, musik, atau lainnya. Jika orangtua membantu mengenbangkan kemampuan diri anak, ini bisa meningkatkan harga dirinya.
Semoga bermanfaat...
0 Response to "Kajian Jumat SMKN 1 Purwodadi"
Posting Komentar